KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sistem
Hidrolik” tepat pada waktunya.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada teladan kita
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat dan semoga kita tetap
menjadi pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada :Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan
penulisan Makalah selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga Makalah ini berguna khususnya bagi
kami dan bagi pembaca pada umumnya.
Lemahabang, Juni 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kita kaum muslim memaklumi, bahwa bahasa arab adalah bahasa
Al-qur’an. Setiap orang muslim yang bermaksud menyelami ajaran Islam yang
sebenarnya dan lebih mendalam, tiada jalan lain kecuali harus mampu menggali
dari sumber asalnya, yaitu Qur’an dan Hadist.
Oleh karena itu, menurut kaidah hukum Islam, mengerti akan ilmu
Nahwu bagi mereka yang akan memahami Al-qur’an Hukumnya Fardhu’ain.
Di dalam behasa arab sendiri terdapat kata kerja atau kata
perintah, di dalam Ilmu nahwu sendiri kata kerja atau perintah ini disebut
dengan Fi’il Amar. Maklah ini akan mengupas tentang apa itu Fi’il Amar dan
bagaimana kaidah-kaidahnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa itu fi’il Amar?
1. Apa itu fi’il Amar?
2. Bagaimana cara membentuk fi’il Amar?
3. Apa ciri-ciri fi’il Amar?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujan dari penulisan Makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa itu
fi’il Amar
2. Untuk mengetahui
kaidah-kaidah dan penerapannya
3. Bisa menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
فِعْل اْلأمْر
FI'IL AMAR (Kata Kerja Perintah)
FI'IL AMAR (Kata Kerja Perintah)
Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah
fi'il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara)
sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara)
sebagai orang yang diperintah.
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah DhamirMukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaantersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari: أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ - أَنْتَ .
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah DhamirMukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaantersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari: أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ - أَنْتَ .
Fa'il
|
Fi'il Amar
|
Tarjamah
|
أَنْتَ
|
اِفْعَلْ
|
= (engkau -lk) kerjakanlah!
|
أَنْتِ
|
اِفْعَلِيْ
|
= (engkau -pr) kerjakanlah!
|
أَنْتُمَا
|
اِفْعَلاَ
|
= (kamu berdua) kerjakanlah!
|
أَنْتُمْ
|
اِفْعَلُوْا
|
= (kalian -lk) kerjakanlah!
|
أَنْتُنَّ
|
اِفْعَلْنَ
|
= (kalian -pr) kerjakanlah!
|
Contoh dalam kalimat: dari fi'il عَمِلَ (= beramal, bekerja) menjadi Fi'il Amar:
اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ
|
= bekerjalah untuk akhiratmu (lk)
|
اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ
|
= bekerjalah untuk akhiratmu (pr)
|
اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا
|
= bekerjalah untuk akhirat kamu berdua
|
اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ
|
= bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
|
اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ
|
= bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)
|
Dari fi'il أَقَامَ (=mendirikan) menjadi Fi'il Amar:
أَقِمْ صَلاَتَكَ
|
= dirikanlah shalatmu (lk)
|
أَقِمِيْ صَلاَتَكِ
|
= dirikanlah shalatmu (pr)
|
أَقِمَا صَلاَتَكُمَا
|
= dirikanlah shalat kamu berdua
|
أَقِيْمُوْا صَلاَتَكُمْ
|
= dirikanlah shalat kalian (lk)
|
أَقِمْنَ صَلاَتَكُنَّ
|
= dirikanlah shalat kalian (pr)
|
Dari fi'il كَبَّرَ (=membesarkan) menjadi Fi'il
Amar:
كَبِّرْ رَبَّكَ
|
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (lk)
|
كَبِّرِيْ رَبَّكِ
|
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (pr)
|
كَبِّرَا رَبَّكُمَا
|
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu
berdua
|
كَبِّرُوْا رَبَّكُمْ
|
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian
(lk)
|
كَبِّرْنَ رَبَّكُنَّ
|
= besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian
(pr)
|
Sebagai catatan, bila huruf
akhir yang sukun dari sebuah Fi'il bertemu dengan awalan Alif-Lam dari sebuah
Isim Ma'rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi'il tersebut berubah menjadi
baris kasrah. Contoh:
الصَّلاَةَ
|
+
|
أَقِمْ
|
=
|
أَقِمِ الصَّلاَةَ
|
|
(=shalat)
|
|
(=dirikanlah)
|
|
(=dirikanlah shalat)
|
|
Carilah contoh-contoh Fi'il
Amar dalam ayat-ayat al-Quran dan al-Hadits!
A. Pengertian فِعِلْ الأَمَرْ
فِعِل الأَمَرْ adalah kata kerja yang mengandung perintah dengan tuntutan untuk mendapatkan sesuatu hasil setelah kalimat perintah ungkapan atau fi'il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari: أَنْتُنَّ -أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ – أَنْتَ ( kamu berdua lk/pr, kamu sekalian lk, kamu sekalian pr, kamu lk, kamu pr) 1
فِعِل الأَمَرْ adalah kata kerja yang mengandung perintah dengan tuntutan untuk mendapatkan sesuatu hasil setelah kalimat perintah ungkapan atau fi'il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari: أَنْتُنَّ -أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ – أَنْتَ ( kamu berdua lk/pr, kamu sekalian lk, kamu sekalian pr, kamu lk, kamu pr) 1
B. Cara membuat فِعِلْ الأَمَرْ
1. TSULA TSIY MUJARROD
Cara membuat فِعِلْ الأَمَرْ bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il mudhori’nya dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Ya’ mudhori’ dibuang. Bila setelah dibuag ya’nya, hurf pertamanya sukun, maka harus ditambah hamzah washol didepannya. Harokatnya: bila huruf kedua sebelum akhir dlomah, maka harokatnya dlomah.bila huruf kedua sebelum akhirnya fathah atau kasroh maka harokatnya: kasroh (hamzah washol itu, bila ditegah kalimat, maka tidak terbaca)
Contoh:
فَكْتُبْ - أُكْتُبْ - يَكْتُبُ = Tulislah
b) Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari huruf hidup (dlomah atau fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya tanpa ada tambahan.
Contoh :
يَقُوْلُ – قُلُ = Katakanlah
c) Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah sukun, maka boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara kedua dengan membang hamzah sukun itu.
1. TSULA TSIY MUJARROD
Cara membuat فِعِلْ الأَمَرْ bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il mudhori’nya dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Ya’ mudhori’ dibuang. Bila setelah dibuag ya’nya, hurf pertamanya sukun, maka harus ditambah hamzah washol didepannya. Harokatnya: bila huruf kedua sebelum akhir dlomah, maka harokatnya dlomah.bila huruf kedua sebelum akhirnya fathah atau kasroh maka harokatnya: kasroh (hamzah washol itu, bila ditegah kalimat, maka tidak terbaca)
Contoh:
فَكْتُبْ - أُكْتُبْ - يَكْتُبُ = Tulislah
b) Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari huruf hidup (dlomah atau fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya tanpa ada tambahan.
Contoh :
يَقُوْلُ – قُلُ = Katakanlah
c) Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah sukun, maka boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara kedua dengan membang hamzah sukun itu.
Contoh :
يَأكُلُ – اُأْكُلْ – اَوْكُلْ = Makanlah
2. TSULA TSIY MAZID DAN RUBA’IY
Bagi fi’il tsula tsiy mazid dan ruba’iy, cara membuat fi’il amarnya sama, yaitu dengan memperhatikan fi’ il madhi’ dan fi’il mudhori’nya. Jumlah huruf dan harokat fi’il amar, sama dengan fi’il madhi’nya. Hanya saja huruf kedua sebelum akhir, mengiuti fi’il mudhori’nya. Contoh masing-masing wazan:
يَأكُلُ – اُأْكُلْ – اَوْكُلْ = Makanlah
2. TSULA TSIY MAZID DAN RUBA’IY
Bagi fi’il tsula tsiy mazid dan ruba’iy, cara membuat fi’il amarnya sama, yaitu dengan memperhatikan fi’ il madhi’ dan fi’il mudhori’nya. Jumlah huruf dan harokat fi’il amar, sama dengan fi’il madhi’nya. Hanya saja huruf kedua sebelum akhir, mengiuti fi’il mudhori’nya. Contoh masing-masing wazan:
a) Wazan
af’ala اَفْعَلَ- يُفْعِلُ - اَفْعِلْ
اَرْسَلَ – يُرْسِلُ – اَرْسِلْ = Kirimlah
b) Wazan fa’ala فَعِّلْ فَعَلَ – يُفْعِّلُ –
عَلَّمَ – يُعَلِّمُ - عَلِّمْ = Ajarkanlah
c) Wazan fa- ‘ala فَاعَلَ – يُفَاعِلُ – فَاعِلْ
قَاتَلَ – يُقَاتِلُ – قَاتِلْ = Perangilah
d) Wazan tafa-‘ala تَفَاعَلَ – يَتَفَاعَلُ – تَفَاعَلْ
تَعَاوَنَ – يَتَعَاوَنُ – تَعَاوَنْ = bertolong- tolonglah
اَرْسَلَ – يُرْسِلُ – اَرْسِلْ = Kirimlah
b) Wazan fa’ala فَعِّلْ فَعَلَ – يُفْعِّلُ –
عَلَّمَ – يُعَلِّمُ - عَلِّمْ = Ajarkanlah
c) Wazan fa- ‘ala فَاعَلَ – يُفَاعِلُ – فَاعِلْ
قَاتَلَ – يُقَاتِلُ – قَاتِلْ = Perangilah
d) Wazan tafa-‘ala تَفَاعَلَ – يَتَفَاعَلُ – تَفَاعَلْ
تَعَاوَنَ – يَتَعَاوَنُ – تَعَاوَنْ = bertolong- tolonglah
e) Wazan tafa’ala تَفَعَّلَ – يَتَفَّلُ – تَفَعَّلْ
تَعَلَّمْ – يَتَعَلَّمُ - تَعَلَّمْ = Belajarlah
f) Wazan ifta’ala اِفْتَعَلَ – يَفْتَعِلُ – اِفْتِعَلْ
اِغْتَسَلَ – يَغْتَسِلُ – اِغْتَسِلْ = Mandilah
g) Wazan infa’ala اِنْفَعَلَ – يَنْفَعِلُ – اِنْفَعِلْ
اِنْفَـتَحَ – يَنْفَتِحُ – اِنْفَتِحْ = Terbukalah
h) Wazan Istaf’ala اِسْتَفْعَلَ – يَسْتَفْعِلُ – اِسْتَفْعِلْ
اِسْتَغْفَرَ – يَسْتَغْفِرُ – اِسْتِغْفَرْ = Mohon Ampunlah
(ke delapan wazan diatas merupakan wazan yang sering dipakai)2
C. Contoh
Fa'il
Fi'il Amar
Tarjamah
أَنْتَ
اِفْعَلْ
= (engkau -lk) kerjakanlah!
أَنْتِ
اِفْعَلِيْ
= (engkau -pr) kerjakanlah!
أَنْتُمَا
اِفْعَلاَ
= (kamu berdua) kerjakanlah!
أَنْتُمْ
اِفْعَلُوْا
= (kalian -lk) kerjakanlah!
أَنْتُنَّ
اِفْعَلْنَ
= (kalian -pr) kerjakanlah!
Contoh dalam kalimat: dari fi'il عَمِلَ (= beramal, bekerja) menjadi Fi'il Amar:
اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ
= bekerjalah untuk akhiratmu (lk)
اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ
= bekerjalah untuk akhiratmu (pr)
اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا
= bekerjalah untuk akhirat kamu berdua
اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ
= bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ
= bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)
Dari fi'il أَقَامَ (=mendirikan) menjadi Fi'il Amar:
أَقِمْ صَلاَتَكَ
= dirikanlah shalatmu (lk)
أَقِمِيْ صَلاَتَكِ
= dirikanlah shalatmu (pr)
أَقِمَا صَلاَتَكُمَا
= dirikanlah shalat kamu berdua
أَقِيْمُوْا صَلاَتَكُمْ
= dirikanlah shalat kalian (lk)
أَقِمْنَ صَلاَتَكُنَّ
= dirikanlah shalat kalian (pr)
Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi'il bertemu dengan awalan Alif-Lam dari sebuah Isim Ma'rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi'il tersebut berubah menjadi baris kasrah. Contoh:
الصَّلاَةَ
+
أَقِمْ
=
أَقِمِ الصَّلاَةَ
(=shalat)
(=dirikanlah)
(=dirikanlah shalat)
D. Ciri – Ciri Fi’il Amar
1. Ciri (tanda) fi’il Amar dapat dilihat pada huruf terakhir.
a. Sukun (disukun) bagi huruf shahih selain fi’il Mudha’af
Contoh:
كَتَبَ – يَكْتُبُ – اُكْتُبْ
قَرَأَ – يَقْرَأُ - اِقْرَأْ
جَلَسَ – يَجْلِسُ – اِجْلَسْ
b. Membuang huruf akhirnya, bagi huruf ‘ilat (alif, wawu , dan ya’)
Contoh:
دَعَا – يَدْعُوْ – اُدْعُ
رَأَى – يَرَى – رَ
فَرَّ – يَفِرُّ – فِرُّ
c. Difathah huruf akhirnya bagi yang Mudha’af, yaitu fi’il yang kelihatannya tasydid.
Contoh:
ظَنَّ – يَظُنُّ – ظُنُّ
مَسَّ – يَمَسَّ – مَسَّ
فَرَّ – يَفِرُّ - فِرُّ
2. Fi’il Amar itu bisa menerima nun Taukhid disamping menunjukan perintah itu.
Contoh:
Bersungguh-sungguhlah engkau belajar اِجْتَهِدَنَّ فىِ الْمَطَالَعَةِ
Sungguh, diamlah kamu semua!3 اُسْكُتُنَّ
3. Hendaklah menunjukan permintaan.
4. Dapat dimasuki atau menerima ya’ mukhotobah.
5. Mengikuti wazan yang digunakan
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari:
أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ - أَنْتَ .
تَعَلَّمْ – يَتَعَلَّمُ - تَعَلَّمْ = Belajarlah
f) Wazan ifta’ala اِفْتَعَلَ – يَفْتَعِلُ – اِفْتِعَلْ
اِغْتَسَلَ – يَغْتَسِلُ – اِغْتَسِلْ = Mandilah
g) Wazan infa’ala اِنْفَعَلَ – يَنْفَعِلُ – اِنْفَعِلْ
اِنْفَـتَحَ – يَنْفَتِحُ – اِنْفَتِحْ = Terbukalah
h) Wazan Istaf’ala اِسْتَفْعَلَ – يَسْتَفْعِلُ – اِسْتَفْعِلْ
اِسْتَغْفَرَ – يَسْتَغْفِرُ – اِسْتِغْفَرْ = Mohon Ampunlah
(ke delapan wazan diatas merupakan wazan yang sering dipakai)2
C. Contoh
Fa'il
Fi'il Amar
Tarjamah
أَنْتَ
اِفْعَلْ
= (engkau -lk) kerjakanlah!
أَنْتِ
اِفْعَلِيْ
= (engkau -pr) kerjakanlah!
أَنْتُمَا
اِفْعَلاَ
= (kamu berdua) kerjakanlah!
أَنْتُمْ
اِفْعَلُوْا
= (kalian -lk) kerjakanlah!
أَنْتُنَّ
اِفْعَلْنَ
= (kalian -pr) kerjakanlah!
Contoh dalam kalimat: dari fi'il عَمِلَ (= beramal, bekerja) menjadi Fi'il Amar:
اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ
= bekerjalah untuk akhiratmu (lk)
اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ
= bekerjalah untuk akhiratmu (pr)
اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا
= bekerjalah untuk akhirat kamu berdua
اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ
= bekerjalah untuk akhirat kalian (lk)
اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ
= bekerjalah untuk akhirat kalian (pr)
Dari fi'il أَقَامَ (=mendirikan) menjadi Fi'il Amar:
أَقِمْ صَلاَتَكَ
= dirikanlah shalatmu (lk)
أَقِمِيْ صَلاَتَكِ
= dirikanlah shalatmu (pr)
أَقِمَا صَلاَتَكُمَا
= dirikanlah shalat kamu berdua
أَقِيْمُوْا صَلاَتَكُمْ
= dirikanlah shalat kalian (lk)
أَقِمْنَ صَلاَتَكُنَّ
= dirikanlah shalat kalian (pr)
Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi'il bertemu dengan awalan Alif-Lam dari sebuah Isim Ma'rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi'il tersebut berubah menjadi baris kasrah. Contoh:
الصَّلاَةَ
+
أَقِمْ
=
أَقِمِ الصَّلاَةَ
(=shalat)
(=dirikanlah)
(=dirikanlah shalat)
D. Ciri – Ciri Fi’il Amar
1. Ciri (tanda) fi’il Amar dapat dilihat pada huruf terakhir.
a. Sukun (disukun) bagi huruf shahih selain fi’il Mudha’af
Contoh:
كَتَبَ – يَكْتُبُ – اُكْتُبْ
قَرَأَ – يَقْرَأُ - اِقْرَأْ
جَلَسَ – يَجْلِسُ – اِجْلَسْ
b. Membuang huruf akhirnya, bagi huruf ‘ilat (alif, wawu , dan ya’)
Contoh:
دَعَا – يَدْعُوْ – اُدْعُ
رَأَى – يَرَى – رَ
فَرَّ – يَفِرُّ – فِرُّ
c. Difathah huruf akhirnya bagi yang Mudha’af, yaitu fi’il yang kelihatannya tasydid.
Contoh:
ظَنَّ – يَظُنُّ – ظُنُّ
مَسَّ – يَمَسَّ – مَسَّ
فَرَّ – يَفِرُّ - فِرُّ
2. Fi’il Amar itu bisa menerima nun Taukhid disamping menunjukan perintah itu.
Contoh:
Bersungguh-sungguhlah engkau belajar اِجْتَهِدَنَّ فىِ الْمَطَالَعَةِ
Sungguh, diamlah kamu semua!3 اُسْكُتُنَّ
3. Hendaklah menunjukan permintaan.
4. Dapat dimasuki atau menerima ya’ mukhotobah.
5. Mengikuti wazan yang digunakan
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari:
أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ - أَنْتَ .
Fa'il
|
Fi'il
Amar
|
Tarjamah
|
أَنْتَ
|
اِفْعَلْ
|
=
(engkau -lk) kerjakanlah!
|
أَنْتِ
|
اِفْعَلِيْ
|
=
(engkau -pr) kerjakanlah!
|
أَنْتُمَا
|
اِفْعَلاَ
|
= (kamu
berdua) kerjakanlah!
|
أَنْتُمْ
|
اِفْعَلُوْا
|
=
(kalian -lk) kerjakanlah!
|
أَنْتُنَّ
|
اِفْعَلْنَ
|
=
(kalian -pr) kerjakanlah!
|
Contoh dalam kalimat: dari fi'il عَمِلَ (= beramal, bekerja) menjadi Fi'il Amar:
اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ
|
= bekerjalah
untuk akhiratmu (lk)
|
اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ
|
= bekerjalah
untuk akhiratmu (pr)
|
اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا
|
= bekerjalah
untuk akhirat kamu berdua
|
اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ
|
= bekerjalah
untuk akhirat kalian (lk)
|
اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ
|
= bekerjalah
untuk akhirat kalian (pr)
|
Dari fi'il أَقَامَ (=mendirikan) menjadi Fi'il Amar:
أَقِمْ صَلاَتَكَ
|
=
dirikanlah shalatmu (lk)
|
أَقِمِيْ صَلاَتَكِ
|
=
dirikanlah shalatmu (pr)
|
أَقِمَا صَلاَتَكُمَا
|
=
dirikanlah shalat kamu berdua
|
أَقِيْمُوْا صَلاَتَكُمْ
|
=
dirikanlah shalat kalian (lk)
|
أَقِمْنَ صَلاَتَكُنَّ
|
=
dirikanlah shalat kalian (pr)
|
Dari fi'il كَبَّرَ (=membesarkan)
menjadi Fi'il Amar:
كَبِّرْ رَبَّكَ
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (lk)
|
كَبِّرِيْ رَبَّكِ
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (pr)
|
كَبِّرَا رَبَّكُمَا
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu berdua
|
كَبِّرُوْا رَبَّكُمْ
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian (lk)
|
كَبِّرْنَ رَبَّكُنَّ
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian (pr)
|
Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi'il bertemu dengan awalan Alif-Lam dari sebuah Isim Ma'rifah, maka baris sukun dari huruf akhir fi'il tersebut berubah menjadi baris kasrah. Contoh:
الصَّلاَةَ
|
+
|
أَقِمْ
|
=
|
أَقِمِ الصَّلاَةَ
|
|
(=shalat)
|
(=dirikanlah)
|
(=dirikanlah shalat)
|
1. Ada berbagai macam cara untuk membentuk kata kerja.
yaitu seperti yang dijelaskan pada kitab ini: dibentuk dari fi’il mudhari dengan kata ganti orang kedua dengan menghilangkan huruf ta diganti dengan alif, lalu huruf terakhir di sukunkan.
Contoh: taktubu menjadi uktub
Ada lagi cara yaitu dibentuk dari fi’il mudhari dengan kata ganti
orang ketiga (pria), dengan mengganti huruf ya dengan alif dan mensukunkan
huruf terakhir, contoh:
Yajlisu menjadi ijlis ( يَجْلِسُ menjadi اِجْلِسْ )
2. Jika kata perintah didahului oleh kata lain,
hamzah dihilangkan dalam pengucapan. ( tetap ada jika dalam penulisan )
Contoh:
يا أحمد اكتب =
Yaa Ahmaduk tub = Wahai Ahmad tulislah !
اكتب و اقرأ =
uktub waq ra’ = Tulislah dan bacalah!
3. Tidak semua kata kerja
berpola seperti di atas, ada juga kata kerja yang tidak beraturan seperti
makan. Contoh:
Ya’kul menjadi kul = يَأْكُلُ menjadi كُلْ
4. Jika kata kerja diikuti oleh alif lam (
hamzatul wasl ), maka kata kerja mempunyai huruf akhir yang berakhiran kasrah (
i ). Contoh:
Buka lah pintu itu ! = Iftahil baaba = افتح الباب
Catatan untuk kata yaftahu, kata kerjanya menjadi iftah (huruf
pertama kasrah, karena huruf ta itu fathah)
5. Lihat gambar di
bawah, untuk orang ketiga tunggal ( pria ) kata kerja untuk pergi adalah
idzhab. Sedangkan untuk jamak ( pria ) adalah idzhabuu.
Untuk orang ketiga tunggal (wanita) adalah idzhabii , sedangkan jamak wanita
adalah idzhabna.
6. Lihatlah
gambar dua yang saya tandai kotak warna biru. Lokasinya pada tanda terakhir.
Pada pelajaran ini, diterangkan bahwa selain berarti maka, fa (ف )
juga dapat mempunyai arti karena.
Contohnya pada kalimat yang di
tandai kotak biru. Kalimat itu “ iftahin nawaafidza yaa ‘Abdallah fa innal
ghurfata muzhlimatun wal jawwa haarun” mempunyai arti : Buka lah jendela
jendela itu wahai Abdullah karena ruangan ini gelap dan cuacanya panas.
Kosa kata baru
Sepatu (حذاء )
, kalajengking (عقرب )
, asing (غريب ) , mengantuk (نعسان ) , gelap (مظلم ) , menyapu (كنس يكنس )
, memandang (نظر ينظر )
, diam (سكت يسكت )
, mengumpulkan ( جمع يجمع ) , memasak (طبخ يطبخ )
, memotong (قطع يقطع )
, mencukur ( حلق يحلق )
, beribadah (عبد يعبد )
, mengetahui ( علم يعلم )
, mencegah ( منع يمنع )
, kembali ( عاد يعود )
BAB III
KESIMPULAN
Fi’il amar adalah fi'il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Pelaku fi’il amar yaitu dhomir mukhatab yaitu
اَنْتَ = اِفْعَلْ
اَنْت = اِفْعَلِيْ
اَنْتُمَا = اِفْعَلاَ
اَنْتُنَّ = اِفْعَلُوْا
اَنْتُمْ = اِفْعَلْنَ
Cara membuat Fi’il Amar ada 3 cara, yaitu:
1. Tsula tsiy mujarrod
Cara membuat فِعِلْ الأَمَرْ bagi fi’il yang asli tiga huruf ialah berpedoman kepada fi’il mudhori’nya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ya’ mudhori’ dibuang.
b. Bila setelah dibuang ya’ mudlora’ahnya, huruf permulaanya , terdiri dari huruf hidup (dlomah atau fathah atau kasroh) maka langsung itulah yang menjadi fi’il amarnya tanpa ada tambahan.
c. Apabia setelah dibuang ya mudlora’ahnya itu huruf permulaanya, terdiri dari hamzah sukun, maka boleh mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara pertama, atau mengikuti cara kedua dengan membang hamzah sukun itu.
2. Tsula tsiy mazid dan ruba’iy
Bagi fi’il tsula tsiy mazid dan ruba’iy, cara membuat fi’il amarnya sama, yaitu dengan memperhatikan fi’ il madhi’ dan fi’il mudhori’nya. Jumlah huruf dan harokat fi’il amar, sama dengan fi’il madhi’nya. Hanya saja huruf kedua sebelum akhir, mengiuti fi’il mudhori’nya.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Abubakar,1982, Tata Bahasa bahasa Arab Surabaya: Al-ikhlas
http://www.freewebs.com/arabindo/w13.htm
Anwar, Moch, 1992. Ilmu Nahwu. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar