Selasa, 24 Februari 2015

Sejarah Perkembangan pengajaran Bahasa Arab


Sejarah Perkembangan pengajaran Bahasa Arab 
Oleh : Ahmad Risal SM, S,Pd.I
(ahmadrisalsmbizot@yahoo.co.id)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ketika alat transportasi berteknologi tinggi belum ditemukan, menempuh jarak yang jauh perlu waktu lama. Untuk menenpuh jarak 300-an km, misalnya, setidaknya diperlukan waktu dua sampai tiga bulanan, karena harus berjalan kaki atau menggunakan tenaga hewan. Namun setelah ditemukannya alat perhubungan yang berteknologi modern, jarak tempuh itu tidak seberapa, karena dapat diperpendek hingga ratusan kali lipat.

Aka tetapi tidak demikian halnya dalam bidang “teknologi” belajar bahasa. Riset dan upaya-upaya pencarian pemecahan masalah cara belajar dan mengajar bahasa yang efisien telah lama dilakukan, namun hasilnya tidak banyak membawa pengaruh perubahan dalam cara dan hasil belajarnya. Keberhasilan belajar bahasa dewasa ini tak banyak bedanya dengan hasil yang bisa dicapai pada kurun dua abad yang lalu.

Dari perbandingan dua kasus ini perlu ditekankan bahwa betapa studi tentang metodologi belajar bahasa (bahasa kedua atau Asing) yang sudah demikian lama dan menghabiskan dana yang tidak sedikit itu belum banyak mengubah cara orang belajar bahasa, terutama yang menyangkut aspek kesederhanaan dan kehematannya. Hal ini bisa saja terjadi karena penggunaan metode yang tidak efektif dan efisien.

Dari sini perlulah kita mengetahui sejarah tentang perkembangan metode pengajaran bahasa Arab, setidakny kita akan mengetahui metode pengajaran yang digunakan di zaman dahulu dan zaman sekarang. Meskipun memang harus diakui bahwa tidak mudah memperoleh referensi mengenai perkembangan metode pengajaran bahasa Arab yang bersifat spesifik pada masa-masa pertama penyebaran bahasa Arab ke luar negeri Arab.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Perkembangan Pengajaran Bahasa Arab

Berbicara tentang bahasa Arab dalam konteks sejarah tidak bisa lepas dari perjalanan penyebaran islam. Sejarah mencatat bahwa bahasa Arab mulai menyebar keluar jazirah Arabia sejak abad ke-1H atau abad ke-7M, karena bahasa Arab selalu terbawa kemana pun islam terbang. Penyebaran itu meliputi wilayah Byzantium di utara, wilayah Persia di timur dan wilayah Afrika sampai Andalusia di Barat. Bahasa Arab pada masa khalifah Islamiyah itu menjadi bahasa resmi untuk keperluan agama, budaya, administrasi dan ilmu pengetahuan. Kebanggan kepada bahasa Arab menyebabkan bahasa Yunani, Persia, Koptik dan Syiria yang merupakan bahasa ibu bagi penduduk di berbagai wilayah itu berada pada posisi inferior. Mereka berbicara, menulis surat-surat pribadi, bahkan mengarang syair-syair dengan bahasa Arab. Tidak diperoleh referensi yang memadai bagaimana bahasa Arab dipelajari oleh orang-orang non Arab itu. Yang pasti adalah melalui interaksi langsung dengan penutur asli bahasa Arab yang datang ke negei mereka, dan kepergian mereka ke pusat-pusat Islam di jazirah Arabia.

Melalui analisis sejarah dapat diketahui bahwa adanya interaksi yang intens antara bangsa Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani kuno melalui penerjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, kemudian dari bahasa Arab ke bahasa latin sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar mengajar antara kedua bahasa tersebut.hal ini berdasarkan fakta-fakta sebagai berikut :

1. Adanya kesamaan waktu antara penyebaran dan dominasi bahasa latin di Eropa dengan penyebaran dan dominasi bahasa Arab di wilayah kekhalifaan islam, yaitu sekitar abad 1-9H atau 7-15M.

2. Adanya kesamaan tujuan belajar mengajar bahasa yaitu untuk mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan.

3.Adanya hubungan yang intens antara Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani kuno, melalui penerjemahan dari Yunani ke Arab kemudian dari Arab ke latin.

Perjalanan sejarah masa lalu membuktikan betapa besar peranan bahasa Arab dalam menyelamatkan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani, yang menurut bangsa Eropa berbahaya bagi agama mereka. Sehingga setelah mereka memasuki zaman kebangkitan (renaissance) ilmu pengetahuan dan filsafat yunani itu diambil alih kembali dari ummat islam. Dan sampai sekarang dapat kita saksikan keunggulan mereka di berbagai aspek kehidupan. Termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kemajuan yang terjadi di Eropa menggiring dunia Arab dan Islam untuk berbalik mencari tetesan ilmu pengetahuan yang pada awalnya berasal dari kemajuan peradaban mereka sendiri. Disinilah teori dialektika Hegel terjadi. Peradaban barat maju karena kemajuan peradaban Islam dan Arab kemudian dipengaruhi oleh kemajuan peradaban barat. Melalui invansi Napoleon Bonaparte ke Mesir pada tahun 1798M, dunia Arab dan Islam mulai terbuka kembali untuk melihat dan meneladani berbagai kemajuan yang terjadi di Eropa.

Dalam pengajran bahasa, metode-metode yang berkembang di Eropa pun diadopsi dan digunakan secara luas di Mesir, mulai dari metode gramatika terjemah sampai dengan metode langsung. Perlu pula disebutkan bahwa pada waktu yang sama, para missionaris Kristen dari Amerika menyerbu negeri Arab bagian Utara (Syam). Mereka mula-mula menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa resmi penyebarab misinya. Banyak diantara mereka yang ikut berjasa memajukan bahasa Arab. Pada waktu itu, Syiria dan Libanon merupakan salah satu pusat pengembangan bahasa Arab. Banyak buku mengenai ilmu bahasa termasuk kamus-kamus yang ditulis dan diterbitkan di kedua negeri itu. Diantara mereka yang giat dalam pengembangan bahasa Arab itu banyak yang Beragama Nasrani, seperti Louis Ma’luf yang kamusnya, Al-Munjid, terkenal hingga hari ini. Tidak diragukan lagi bahwa hubungan Arab dengan Amerika yang dimulai oleh para missionaries ini, berpengaruh terhadap perkembangan metodologi pengajaran bahasa Arab. Hubungan ini terus berlanjut, lebih terbuka dan lebih intens pada masa-masa sesudahnya.

B. Sejarah Pembelajaran Bahasa Arab

Hampir semua orang mengenal pusat-pusat pengembangan pengetahuan semacam Universitas Al-Azhar di Kairo, Universitas Zaitunah dan Universitas Qurawain yang menjadi tempat pengemblengan genari muda dari seluruh dunia. Di Universitas- Universitas tersebut mereka mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu keagamaan serta kebudayaan Islam.Metode yang dikembangkan, sebagaimana sinyalemen Abdul Aziz Shalih, masih tradisional yang bergantung pada pengajaran kaidah-kaidah gramatika.

Pada permulaan abad ini berpindahlah pusat-pusat pengajaran bahasa Arab dari kota-kota besar ke negara Arab ke kota-kota Eropa. Para penjajah menyatakan bahwa pengalihan ini dimaksudkan agar :

a. Hubungan budaya dikalangan kaum muslimin tak terjalin

b. Bahasa dapat diajarkan dengan suatu metode yang dikenal dengan metode terjemahan dengan jalan menghafalkan kosa kata kemudian dilatihkan untuk memberi kemampuan penerjemahan.

c. Menarik generasi mudah muslim ke pusat-pusat studi mereka kemudian secara diam-diam menabur racunn dibenak mereka sehingga bila mereka kembali ke negara mereka masing-masing dapat menunjukkan ketakjuban terhadap tempat mereka belajar beserta kebudayaannya.

Sekitar tahun 1952, pusat-pusat pengajaran bahasa Arab dinegara-negara Arab mulai marak kembali. Di Sudan, muncul Akademi Internasional Khurtum yang mengajarkan bahasa Arab dengan pendekatan ilmiah yang modern.

Dimesir sendiri, Universitas Al-Azhar selalu menerima perutusan generasi muda muslim dari segalah penjuru dunia. DiSaudi Arabia, muncul juga akademi-akademi pengajaran bahasa Arab seperti  Universitas Raja Saud, Universitas Ummul Qura dan akhir-akhir ini Universitas Medinah. Saudi sendiri tidak hanya mendirikan lembaga pengajaran bahasa Arab di Saudi saja bahkan didirikan juga diluar negeri semacam Indonesia pada tahun 1980. Di Jepang juga terdapat lembaga pengajaran bahasa Arab yang diprakarsai oleh pihak Saudi. Di Seoul, Korea Selatan, beberapa organisasi studi Islam mulai menggalakan pengajaran bahasa Arab baik setiap orientalis maupun kaum muslim yang ada disana.

1.      Sejarah Pembelajaran Bahasa Arab Di Barat

Sejarah mencatat bahwa bahasa Arab mulai menyebar keluar jazirah Arabia sejak abad ke-1H atau pada abad ke-7 M, mengikuti kemanapun gerakkan penyebaran Islam. Penyebaran itu meliputi wilayah Byzantium diutara, wilayah Persia di timur, dan wilayah Afrika sampai Andalusia dibarat. Hingga pada masa khilafah Islamiyah, bahasa Arab menjadi bahasa bahasa yang resmi yang dipergunakan untuk sosialisasi agama, budaya, administrasi dan ilmu pengetahuan. Posisi strategi yang dimiliki bahasa Arab ini mengungguli semua bahasa yang pernah ada sebelumnya : bahasa-bahasa  Yunani, Persia, Koptik dan Syria.

Bahasa Arab dapat tersosialisasi dengan baik ditengah masyarakat non Arab kurang memadai, namun yang pasti, melalui analisis sejarah dapat diketahui, bahwa adanya intereksi yang intens antara bangsa Arab dan Eropa dalam mewarisi ilmu pengetahuan Yunani Kuno, melalui penerjemahan dari Yunani ke Arab, kemudian dari arab kelatin, sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar mengajar antara kedua bahasa tersebut.

Ketika masa kejayaan Islam semakin meredup pada akhir abad ke 18, sementara Eropa justru mengalami renaisans (kelahiran kembali atau pencerahan), mata angin pembelajaran bahasa Arab pun mulai berganti arah. Kemajuan yang terjadi di Eropa mengiringi dunia Arab dan Islam untuk berbalik mencari tetesan ilmu pengetahuan yang pada awalnya berasal dari kemajuan peradaban mereka sendiri. Disinilah teori dialektika sejarah Hegel terjadi. Peradaban barat maju karena kemajuan peradaban Islam masa lalu, dan masa kebangkitan Islam dan Arab kemudian dipengaruhi oleh kemajuan peradaban Barat. Melalui invansi Napoleon Bonaparte ke Mesir pada tahun 1789 M., mata dunia Arab dan Islam yang mulai meredup itu kembali terbuka lagi untuk melihat dan meledani berbagai kemajuan yang terjadi di Eropa

Sejak saat itu pula, Mesir banyak menimba ilmu serta mengadakan hubugan diplomatik kebudayaan dengan Eropa, khususnya Prancis. Dalam pengajaran bahasa, metode-metode yang berkembang di Eropa pun diadopsi dan digunakan secara luas di Mesir, mulai dari metode gramatika tarjamah,sampai dengan metode metode langsung. Pengajaran bahasa Arab semakin berkembang dan mendapatkan momentumnya manakala terjadi invansi para missionaris Kristen dari Amerika menyerbu negeri Arab bagian Utara (Syam). Karena dalam penyebaran misi awalnnya, mereka menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa yang resmi, maka berkembang pulalah metodologi pengajaran bahasa Arab. Sehingga lahirlah beberapa buku yang berkaitan dengan ilmu bahasa Arab termasuk kamus-kamus berbahasa Arab. Al-Munjid, adalah salah satu bukti sejarah dimana seorang Nasrani seperti Louis Ma’luf terlibat secara langsung dalam pengembangan bahasa Arab. Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa perkembangan metodologi pengajaran bahasa-bahasa latin di Eropa,dan bahasa Inggris di Eropa dan Amerika banyak berjasa dalam memajukkan perkembangan metodologi pengajaran bahasa Arab.

Orang barat sering membagi bahasa Arab itu sendiri menjadi bahasa Arab Klasik, bahasa Arab standar modern, dan bahasa Arab percakapan. Dalam kenyataannya, bahasa Arab modernlah (Modern Standard Arabic) disingkat MSA yang banyak digunakan dengan sedikit penyimbangan dalam kosa kata akibat sistem fonologi bahas Arab percakapan. Di, Inggris ada kecendurungan lain yang muncul istilah TAFL (Teaching Arabic as a Foreign Language) mulai digalakkan.Memang ada suatu hal yang menarik disimak dalam kaitannya dengan usaha mengefisienkan dan mengefektifkan bidang pengajaran bahasa Arab.

Bahasa Arab dikenal sebagai bahasa yang sulit. “Bahasa Arab memberikan sejumlah tantangan bagi mereka yang menggunakan bahasa Inggris,” kata Dr. Omran.Tantangan itu misalnya dari cara membacanya dari kanan ke kiri, bunyi hurufnya yang masih terasa asing bagi pemakai bahasa Inggris dan tata bahasanya yang agak pelik.Dr Omran sudah lebih dari 20 tahun mengajar bahasa Arab bagi mahasiswa Amerika. Ia mengatakan, dengan sedikit kerja keras dan komitmen, setiap orang bisa cepat menguasai bahasa Arab dan lancar bicara dengan menggunakan bahasa itu.

Namun menurut Dr. Michael Cooperson yang sudah mengajar bahasa Arab di sejumlah universitas bergengsi di AS seperti Harvard dan UCLA, tingkat kesulitan belajar bahasa Arab tergantung pada bahasa yang sering dipakai oleh mahasiswa bersangkutan. “Jika bahasa yang selalu digunakan berdialek sama dengan bahasa Arab, ini menguntungkan. Termasuk jika sebelumnya ada sudah biasa bicara dengan bahasa Hebrew atau bahasa Semit lainnya,” kata Dr Cooperson.

1.      Sejarah Pembelajaran Bahasa Arab Di Indonesia

Sejauh ini belum ada hasil penelitian yang memastikan sejak kapan studi bahasa Arab di Indonesia mulai dirintis dan dikembangkan. Asumsi yang selama ini berkembang adalah bahwa bahasa Arab sudah mulai dikenal oleh bangsa Indonesia sejak Islam dikenal dan dianut oleh mayoritas bangsa kita. Jika Islam secara meluas telah dianut oleh masyarakat kita pada abad ke-13, maka usia pendidikan bahasa Arab dipastikan sudah lebih dari 7 abad. Karena perjumpaan umat Islam Indonesia dengan bahasa Arab itu paralel dengan perjumpaannya dengan Islam. Dengan demikian, bahasa Arab di Indonesia jauh lebih “tua dan senior” dibandingkan dengan bahasa asing lainnya, seperti: Belanda, Inggris, Portugal, Mandarin, dan Jepang.
Bahasa Arab masuk kewilayah nusantara dapat dipastikan bersamaan dengan masuknya agama Islam, karena bahasa Arab sangat erat kaitannya dengan berbagai bentuk peribadatan dalam agama Islam disamping kedudukannya sebagai bahasa kitab suci Al-Qur’an. Maka pengajaran bahasa Arab yang pertama dinusantara adalah untuk memenuhi kebutuhan seorang muslim dalam menunaikan ibadah khususnya Shalat. Sesuai dengan kebutuhan tersebut, materi yang diajarkan adalah doa-doa salat dan surat-surat pendek Al-Qur’an yaitu juz yang terakhir yang lazim disebut juz’ Amma, atau dikenal dengan sebutan Turutan. Didalam turutan ini termuat pula materi pelajaran memabaca huruf Al-Qur’an dengan metode abjadiyah. Akan tetapi pengajaran bahasa Arab verbalistik ini dirasa tidak cukup, karena Al-Qur’an tidak hanya dibaca sebagai sarana peribadatan, melainkan pedoman hidup yang harus dipahami maknanya dan diamalkan ajaran-ajarannya. Demikian pula doa-doa atau bacaan-bacaan dalam shalat perlu dipahami dan dihayati maknanya agar shalat benar-benar berfungsi sebagai media komunikasi dengan sang pencipta. Maka muncullah pengajaran bahasa Arab untuk kedua dengan tujuan pendalaman ajaran agama Islam, yang tumbuh dan berkembang dipondok pesantren.

Pendidikan bahasa Arab di Indonesia sudah diajarkan mulai dari TK (sebagian) hingga perguruan tinggi. Berbagai potret penyelenggaraan pendidikan bahasa Arab di lembaga-lembaga pendidikan Islam setidaknya menunjukkan adanya upaya serius untuk memajukan sistem dan mutunya. Secara teoritis, paling tidak ada empat orientasi pendidikan bahasa Arab sebagai berikut:

Orientasi Religius, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami dan memahamkan ajaran Islam (fahm al-maqrû’). Orientasi ini dapat berupa belajar keterampilan pasif (mendengar dan membaca), dan dapat pula mempelajari keterampilan aktif (berbicara dan menulis).

Orientasi Akademik, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami ilmu-ilmu dan keterampilan berbahasa Arab (istimâ’, kalâm, qirâ’ah, dan kitâbah). Orientasi ini cenderung menempatkan bahasa Arab sebagai disiplin ilmu atau obyek studi yang harus dikuasai secara akademik. Orientasi ini biasanya identik dengan studi bahasa Arab di Jurusan Pendidikan bahasa Arab, Bahasa dan Sastra Arab, atau pada program Pascasarjana dan lembaga ilmiah lainnya.

Orientasi Profesional/Praktis dan Pragmatis, yaitu belajar bahasa Arab untuk kepentingan profesi, praktis atau pragmatis, seperti mampu berkomunikasi lisan (muhâdatsah) dalam bahasa Arab untuk bisa menjadi TKI, diplomat, turis, misi dagang, atau untuk melanjutkan studi di salah satu negara Timur Tengah, dsb.

Orientasi Ideologis dan Ekonomis, yaitu belajar bahasa Arab untuk memahami dan menggunaakan bahasa Arab sebagai media bagi kepentingan orientalisme, kapitalisme, imperialisme, dsb. Orientasi ini, antara lain, terlihat dari dibukanya beberapa lembaga kursus bahasa Arab di negara-negara Barat.

Ada beberapa perkembangan bahasa Arab di tanah air Indonesia, yakni sebagai berikut :

1.      Bahasa Arab sebagai bahasa agama verbal
2.      Bahasa Arab sebagai media memahami agama
3.      Bahasa Arab sebagai media komunikasi
4.      Bentuk Integrasi

C.     Perkembangan Metode Pengajaran Bahasa Arab

Secara historis, inovasi dan perubahan pandangan dalam studi pembelajaran bahasa telah dimulai sejak tahun 1880 yang lalu. Ada empat fase penting yang bisa kita amati dari perkembangan dan inovasi dalam bidang pembelajaran bahasa sejak tahun 1880 hingga 1980-an. Fase pertama, antara tahun 1880-1920. Pada fase ini terjadi rekonstruksi atau pengembangan ulang bentuk-bentuk metode langsung (al-thariqah al-mubasyarah/ direct method) yang pernah dikembangkan pada zaman Yunani dulu. Selain itu juga dikembangkan metode bunyi (al-thariqah al-shautiyyah/phonetics method), yang juga berakar pada tradisi Yunani.

Pada fase ini bidang pengajaran bahasa diperkenalkan dengan unsur baru yang lain, yaitu ilmu fonetik deskriptif. Biarpun masalah ini sudah dipelajari sejak pertengahan abad ke-19 oleh Brucke, Ellis, Bell, Sweet, Sievers, Klinghardt, Passy dan lain-lain. Namun Vietor lah yang menjalinkannya kedalam metode mengajar bahasa. Dengan menggunakan bahasa lisan sebagai titik tolak, Vietor dan para pengikutnya mengembangkan suatu metode yang intisarinya sebagai berikut :

1. Kosakata harus diajarkan dalam kalimat, tidak berdiri sendiri-sendiri tanpa konteks karena kalimat adalah unit bahasa yang paling pokok ;

2. Kalimat yang diajarkan tidak boleh disajikan tanpa hubungan tetapi selalu harus dikaitkan dengan persoalan yang menarik hati murid;

3. Hal-hal baru diajarkan melalui gerak-gerik tangan, gambar dan kata-kata yang sudah diketahui sebelumnya;

4.Bacaan diberikan kemudian dan hanya diajarkan bacaan yang bahannya disusun tahap demi tahap sehingga berangsur-angsur dengan melalui bacaan murid akan mengenal negara asing dan kebudayaannya. Negara asing yang dimaksud disini ialah negara yang bahasanya dipelajari si murid;

5. Pengetahuan tatabahasa diperoleh secara induktif dengan mempelajari teks.
Fase kedua, antara tahun 1920-1940. Pada fase ini di Amerika dan Canada dibentuk forum studi bahasa asing, yang kemudian menghasilkan aplikasi metode-metode yang bersifat kompromi (al-thariqah al-ittifaqiyyah/ compromise method) dan metode membaca (al-thariqah al-qira’ah/ reading method). Pada fase ketiga ini ada tiga periode yang dapat diamati, yaitu :

a. Periode 1940-1950, adalah periode lahirnya metode efisien dan praktis dari dunia ketentaraan. Metode ini terkenal dengan sebutan American Army Method ( al-thariqah al-jundiyyah al-amrikiyyah), yakni metode yang lahir dari markas tentara Amerika untuk kepentingan ekspansi perang.

b. Periode 1950-1960 adalah periode munculnya metode audiolingual (al-thariqah al-sam’iyyah al-syafawiyyah) di Amerika dan audiovisual (al-thariqah al-bashariyyah) di Inggris dan Prancis, sebagai akibat langsung dari sukses army method.

c. Periode 1960-1970, adalah periode munculnya kerraguan dan kaji ulang terhadap hakikat belajar bahasa. Periode ini merupakan awal runtuhnya metode audiolingual, dan populernya analisis kontrastif, yang berupaya membantu mencari landasan teori dalam dalam pembelajaran bahasa.
Fase keempat, antara tahun 1970-1980. Fase ini dipandang sebagai titik balik dan merupakan periode yang paling inovatif dalam studi pemerolehan bahasa kedua dan asing. Hasilnya adalah pada tahun 1980-an muncul apa yang sekarang dikenal dengan pendekatan komunikatif (al-madkhal al-ittishali/ communicative approach) dalam belajar bahasa.

Secara umum itulah gambaran perkembangan pasang-surut pembelajaran bahasa. Yang terpenting sekarang adalah pemahaman tentang hasil-hasil yang dicapai selama ini dalam studi pembelajaran bahasa, terutama yang terjadi sepuluh atau lima belas tahun terakhir ini. Yang jelas porsi terbesar dalam studi ini dan telah mendapatkan hasil-hasil yang memuaskan adalah studi pemerolehan bahasa seperti yang telah dihasilkan pada dasawarsa tujuh puluhan.

BAB III
PENUTUP

Sejarah mencatat bahwa bahasa Arab mulai menyebar keluar jazirah Arabia sejak abad ke-1H atau abad ke-7M, karena bahasa Arab selalu terbawa kemana pun islam terbang. Bahasa Arab pada masa khalifah Islamiyah itu menjadi bahasa resmi untuk keperluan agama, budaya, administrasi dan ilmu pengetahuan.

Melalui analisis sejarah dapat diketahui bahwa adanya interaksi yang intens antara bangsa Arab dan Eropa dalam pewarisan ilmu pengetahuan Yunani kuno melalui penerjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, kemudian dari bahasa Arab ke bahasa latin sehingga dalam mengkaji teks-teks sastra dan keagamaan memungkinkan terjadinya kesamaan tujuan belajar mengajar antara kedua bahasa tersebut.

Secara historis, inovasi dan perubahan pandangan dalam studi pembelajaran bahasa telah dimulai sejak tahun 1880 yang lalu. Ada empat fase penting yang bisa kita amati dari perkembangan dan inovasi dalam bidang pembelajaran bahasa sejak tahun 1880 hingga 1980-an.
(ahmadrisalsmbizot@yahoo.co.id)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar