Sabtu, 06 Juni 2015

Isim Isyarro

makalah bahasa arab


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hambanya  menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin saya tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah bahasa arab ini disusun agar siswa  dan siswi dapat mengetahui tentang pengertian isim isyaroh dan isim maushul, dan pembagiannya serta penggunaan yang dapat saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Makalah ini memuat tentang “Isim dan Macam-Macamnya serta penggunaannya dalam kalimat” dan sengaja dipilih karena menarik perhatian untuk dicermati.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing yang telah banyak membantu serta teman-teman yang telah memberikan dukungan  agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. saya mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

                                                                       Jepara, 28 agustus 2014


Penulis






          BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
latar belakang saya membuat makalah bahasa arab ini adalah agar pembaca mengetahui isi dari isim isyaroh dan isim maushul dan macamnya serta penggunaannya. karena mungkin jika dilihat dari isi buku dari berbagai sumber mungkin kurang lengkap atau kurang dapat dipahami oleh sebagian siswa siswi dan mungkin ketidak pemahaman siswa siswi saat di terangkan oleh guru. maka saya membuat makalah ini dengan melihat dari berbagai sumber yang akan saya terangkan secara mendetail agar siswa siswi dapat sedikit terbantu dengan makalah yang saya buat ini.

1.2.      Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah “Isim isyaroh dan isim maushul  dan Macam-Macamnya serta penggunaannya dalam kalimat”.

Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya dibatasi pada :
  1. Apakah pengertian dari Isim isyaroh dan isim maushul ?
       2   bagaimanakah penggunannya dalam kalimat ?

1.3.      Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan karya tulis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahasa Arab.

Adapun Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :
  1. Mengetahui pengertian dari Isim isyaroh dan isim maushul
  2. Mengetahui penggunannya dari Isim isyaroh dan isim maushul

                                                            ii

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian Isim Isyaroh

ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk)
Untuk lebih memahami penggunaan Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna dan Jamak dalam pengelompokan Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau Kata Tunjuk dan Isim Maushul atau Kata Sambung.
Pertama, Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:
1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: 
هَذَا (=ini).
Contoh dalam kalimat: 
هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: 
ذَلِكَ (=itu).
Contoh dalam kalimat: 
ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1) هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini). Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)
2) ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1) 
هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ كِتَابَانِ (= ini dua buah buku)
2) 
هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua buah majalah)
3) 
ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buah buku)
4) 
تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua buah majalah)
Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua):
1) Bila Isim yang ditunjuk itu adalah tidak berakal, maka baik Isim Mudzakkar maupun Isim Muannats, menggunakan: هَذِهِ (=ini) untuk menunjuk yang dekat dan تِلْكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh dalam kalimat:
 
هَذِهِ كُتُبٌ(= ini buku-buku); هَذِهِ مَجَلاَّتٌ (= ini majalah-majalah)
 
تِلْكَ كُتُبٌ (= itu buku-buku); تِلْكَ مَجَلاَّتٌ (= itu majalah-majalah)
2) Bila Isim yang ditunjuk itu adalah berakal, maka baik Isim Mudzakkar maupun Isim Muannats, menggunakan: هَؤُلاَءِ (=ini) untuk menunjuk yang dekat danأُولَئِكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh dalam kalimat:
 
هَؤُلاَءِ طُلاَّبٌ (= ini siswa-siswa); هَؤُلاَءِ طَالِبَاتٌ (= ini siswi-siswi)
 
أُولَئِكَ طُلاَّبٌ (= itu siswa-siswa); أُولَئِكَ طَالِبَاتٌ (= itu siswi-siswi)
2.2.      Penggunaan Isim Isyaroh dan Isim Mushul
Isim terbagi oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan jenisnya, berdasarkan jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.





  1. Berdasarkan Terdefinisi (Khusus) atau Tidak Terdefinisi (Umum)
Berdasarkan umum dan khususnya isim dibagi menjadi dua, yaitu isim nakiroh (umum) dan isim ma’rifat (khusus).
  1. Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ـًـ ، ــٍ ، ــٌ )
Contoh : هُدٌى ، كِتَابٌ
  1. Isim ma’rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :
  • Isim yang diawali dengan Al (لا)
Contoh : الهُدَى ، الكِتَابُ
Untuk lebih memahami penggunaan
Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna dan Jamak dalam pengelompokan
Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau Kata Tunjuk dan Isim
Maushul atau Kata Sambung.

Pertama, Isim Isyarah. Pada
dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:

1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat:
هَذَا (=ini).
Contoh dalam kalimat:
هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)

2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh:
ذَلِكَ (=itu).
Contoh dalam kalimat:
ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)

Bila Isim Isyarah itu
menunjuk kepada Isim Muannats maka:

1)
هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini). Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)

2)
ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)

Adapun bila Isim yang ditunjuk
itu adalah Mutsanna (Dual), maka:

1)
هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ
كِتَابَانِ (= ini dua buah buku)

2)
هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua buah majalah)

3)
ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buah buku)

4)
تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua buah majalah)

Sedangkan bila Isim yang
ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua), maka baik Mudzakkar maupun Muannats,
semuanya menggunakan:

1)
هَؤُلاَءِ (= ini)
untuk menunjuk yang dekat. Contoh:
هَؤُلاَءِ كُتُبٌ
هَؤُلاَءِ
مَجَلاَّتٌ
(= ini adalah
buku-buku)

(ini adalah majalah-majalah)




2)
أُلَئِكَ (= itu) untuk menunjuk yang jauh.
Contoh:
أُلَئِكَ كُتُبٌ
أُلَئِكَ
مَجَلاَتٌ
(= itu adalah buku-buku)


Isim Maushul (Kata
Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau
pokok pikiran menjadi satu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam
ini diwakili oleh kata: "yang".

Bentuk asal/dasar dari Isim
Maushul adalah:
الَّذِيْ
(=yang). Perhatikan
contoh penggunaan Isim Maushul dalam menggabungkan dua kalimat di bawah
ini:
Kalimat
I
جَاءَ
اْلأُسْتَاذُ
= datang guru
itu
Kalimat
II
اْلأُسْتَاذُ يَدْرُسُ
الْفِقْهَ
= guru itu
mengajar Fiqh
Kalimat
III
جَاءَ اْلأُسْتَاذُ
الَّذِيْ يَدْرُسُ الْفِقْهَ
= datang guru yang
mengajar Fiqh itu
Kalimat III
menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushul:
الَّذِيْ

Bila Isim Maushul itu dipakai
untuk Muannats maka:
الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ
جَاءَ اْلأُسْتَاذَةُ
الَّتِيْ تَدْرُسُ الْفِقْهَ
= datang guru (pr)
yang mengajar Fiqh itu
Bila Isim Maushul itu
digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:

1)
الَّذِيْ
menjadi:
الَّذَانِ sedangkan الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ

جَاءَ اْلأُسْتَاذَانِ
الَّذَانِ يَدْرُسَانِ الْفِقْهَ
= datang dua orang guru
(lk) yang mengajar Fiqh itu
جَاءَ اْلأُسْتَاذَتَانِ
الَّتَانِ تَدْرُسَانِ الْفِقْهَ
= datang dua orang guru
(pr) yang mengajar Fiqh itu
Bila Isim Maushul itu dipakai
untuk Jamak maka:

1)
الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ

جَاءَ اْلأَسَاتِذُ
الَّذِيْنَ يَدْرُسُوْنَ الْفِقْهَ
= datang guru-guru
(lk) yang mengajar Fiqh itu
جَاءَ اْلأَسَاتِذَةُ
اللاَّتِيْ يَدْرُسْنَ الْفِقْهَ
= datang guru-guru
(pr) yang mengajar Fiqh itu
(= itu adalah
majalah-majalah)


  • Isim isyaroh (kata tunjuk)
  • Isim maushul (kata sambung)
  • Isim munada
  • Isim mudhofat (kata yang disandarkan)
Masing-masing  jenis isim tersebut, akan dibahas berikut ini.




6
  1. b.       Isim isyaroh ( اِسْمُ الاِشَارَةِ )
Kata tunjuk digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk menunjuk isim-isim tertentu.
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk isim ba’id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ). Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyaroh yang dikaitkan dengan letaknya saja.
Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ

  1. c.       Isim Maushul ( اِسْمُ الْمَوْصُوْلِ )
Isim maushul ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk mengkhususkan suatu isim tertentu dengan kalimat yang ada sesudahnya.




























Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan isim berdasarkan jenis dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum (tidak dilihat mudzakkar atau muannats-nya) yang digunakan untuk yang berakal atau yang tidak. Yaitu مَا (apa-apa, apa saja) digunakan untuk isim yang tidak berakal (اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِغَيْرِ اِلْعَاقِلِ ) dan مَنْ (siapa saja/barang siapa) digunakan untuk isim yang berakal ( اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِِلْعَاقِلِ ).
ISIM MAUSHUL (Kata Sambung) الاسم الموصول 

Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. 
Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang".
isim maushul ini tidak dapat berdiri sendiri. Ada beberapa isim yang dapat menjadi isim mausul, yaitu: من , ما , serta الذي



Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah: الَّذِيْ  (yang). 

Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat جَاءَ الطَّالِبُ  :     = datang mahasiswa itu

Kalimat II الطَّالِبُ  يَدرُسُ الشَّرِيعَة   : = mahasiswa itu belajar Syari’ah

Kalimat III  يَدرُسُ الشَّرِيعَة جَاءَ الطَّالِبُ الَّذِي    = datang mahasiswa yang belajar Syari’ah

Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushul: الَّذِيْ 



Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Muannats maka:
*  الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ

جَاءَتِ الطَّالِبَةُ الَّتِي تَدْرُسُ الشَّرِيعَة  datang mahasiswi yang belajar Syari’ah

Bila Isim Maushul itu digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:

* الَّذِيْ  menjadi:  الَّذَانِ  sedangkan  الَّتِيْ  menjadi:  الَّتَانِ

جَاءَ الطَّالِبَانِ الَّذانِ يَدْرُسَانِ الشَّرِيعَة  = datang dua mahasiswa yang belajar Syari’ah

جَاءَتِ الطَّالِبَتَانِ الَّتَانِ تَدْرُسَانِ الشَّرِيعَة= datang dua mahasiswi yang belajar Syari’ah

Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Jamak maka:

* الَّذِيْ  menjadi:   الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ  menjadi: اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ

= جَاءَ الطُّلَّابُ الَّذِينَ يَدْرُسُونَ الشَّرِيعَةdatang mahasiswa-mahasiswa yang belajar Syari’ah

جَاءَتِ الطَّالِبَاتُ اللَّاتِي يَدْرُسْنَ الشَّرِيعَة= datang mahasiswi-mahasiswi yang belajar Syari’ah.
  1. d.      Isim Alam ( اِسْمُ الْعَلَمِ )
Isim alam adalah isim yang digunakan untuk nama tertentu tanpa membutuhkan penjelasan. Isim ini ma’rifat karena setiap nama menunjukkan isim tertentu. Pada bagian ini akan dikhususkan pada kata yang digunakan untuk nama manusia. yang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
  • Isim khos (nama asli)
Contoh : عَائِشَةُ ، عُمَرُ
7
  • Kunyah ( كُنْيَةٌ ) : julukan
Adalah nama yang diawali dengan kata : اِبْنٌ ، اُمٌّ ، اَبٌdan بِنْتٌ
Contoh : اُمُّ الْمؤمنين ، اِبْنُ الْخَطَّابِ ، اَبُوْ حَفْصٍ dan lain-lain.
  • Laqob ( لَقَبٌ ) : gelar
Diberikan khusus kepada orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam suatu perkara.
Contoh : الصِّدِّيْقُ ، الرَّشِيْدُ ، الفَارُوْقُ dan lain-lain.


  1. e.       Isim Munada ( اِسْمُ الْمُنَادَى )
Adalah isim yang berada setelah huruf nida. Isim ini menjadi ma’rifat karena setiap objek yang diseru. pasti telah tertentu dan diketahui oleh si penyeru. Huruf nida terdiri dari huruf nida untuk dekat, untuk jauh dan untuk dekat dan jauh.
Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh maqsudah, mudhofan, sibhul mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul jalalah. Pada bagian ini hanya dibahas tiga jenis isim munada yang banyak dijumpai dalam Al-Qur’an atau bacaan sehari-hari, yaitu isim munada mufrod (satu kata), munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul jalalah.
  • Isim munada mufrod
Yaitu isim munada yang terdiri dari satu kata bentuknya nakiroh, akan tetapi tidak boleh pakai tanwin setelah diawali huruf nida. Tanda akhirnya tetap rofa (salah satu tandanya dhommah).
Contoh : يَا مُسْلِمُ
  • Isim munada mudhofan
Isim munada yang berbentuk idhofah (disandarkan). Tanda akhir untuk kata yang disandarkan adalah nashob (salah satunya fathah).
Contoh : يَا رَسُوْلَ اللهِ
Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do’a
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
  • Isim munada khusus lafdzul jalalah (اَللهُ)
Sebenarnya termasuk isim munada mufrod, akan tetapi isim munada ini ada pengkhususan yaitu : bentuknya ma’rifat يَا اَللهُ dan huruf nida bisa diganti dengan huruf mim yang bertasydid ditarik di akhirnya yaitu : اَللّهُمَّ
Catatan :
Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik dengan ” لا ” ataupun isim maushul, maka setelah يا tidak dapat langsung tersambung dengan isim tersebut, tetapi harus diselingi dengan lafadz اَيُّهَا (untuk isim mudzakkar) dan اَيَّتُهَا (untuk isim muannats).
Contoh : يَااَيَّتُهَا النَّفْسُ ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ
  1. f.       Isim Idhofat (kata yang disandarkan) ( اِسْمُ اْلإِضَافَةِ )
Penyandaran (idhofat) ini hanya terjadi antara dua isim (tidak fiil dan tidak juga huruf) Isim yang pertama yang disandarkan disebut mudhof ( مُضَافٌ ) sedangkan isim yang disandari disebut mudhof ilaihi (مُضَافٌ إِلَيْهِ ), yang merupakan isim ma’rifat adalah isim yang menjadi mudhof, sedangkan yang menjadi mudhof ilaihi dapat ma’rifat dapat pula nakiroh tergantung bentuknya. Yang perlu dipahami bahwa mudhof ilaihi itu tidak boleh kata sifat, dan bentuknya tetap majrur (salah satu tandanya kasroh).
Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :
  • Tidak boleh ada ” لا “
  • Tidak boleh tanwin
  • Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun yang berada di akhirnya dibuang.
Contoh :    رَسُوْلُ اللهِ            = اللهُ + رَسُوْلٌ
وَالِدَيْهِ                 = ـهِ + وَالِدَيْنِ
بَنِيْ اِسْرَائِيْلَ         = اِسْرَائِيْلَ + بَنِيْنَ
  1. Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnya
Berdasarkan huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu isim shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.
  1. Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim.
  2. Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat yaitu alif mati atau ya’ mati ( ىْ atau يْ ). Jika akhirnya alif mati disebut isim maqshur ( الاِسْمُ المَقْصُوْرُ ) seperti : مُوْسَى ، هُدَى , dan jika akhirnya ya’ mati disebut isim manqus ( الاِسْمُ المَنْقُوْصُ ) seperti : الهَادِيْ ، القَاضِيْ
  3. Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima buah, yaitu :  اَبٌ ، اَخٌ ، حَمٌ ، فُ ، ذُ .
Kelimanya memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu jika rofa’ seperti : اَبُوْكَ ، اَخُوْكَ ، حَمُوْكَ ، فُوْكَ ، ذُوْ مَالٍ
Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : اَبَاكَ ، اَخَاكَ ، حَمَاكَ ، فَاكَ ، ذَا مَالٍ
Diakhiri dengan ya’ jika majrur, seperti : اَبِيْكَ ، اَخِيْكَ ، حَمِيْكَ ، فِيْكَ ، ذِيْمَالٍ
  1. Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).
Ada beberapa isim yang tidak ber ” لا ” dan bukan sebagai mudhof, akan tetapi tidak dapat menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru munshorif. Yang termasuk isim ghoiru munshorif adalah :
  • Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain, seperti :  فَاطِمَةُ ، عُثْمَانُ ، عُمَرُ dll.
  • Shighot muntahal jumuk ( صغة منتهى الجموع ), bentuk jamak yang sama dengan مَفَاعِلُ dan مَفَاعِيْلُ, seperti : مَسَاجِدُ
  • Mengandung alif ta’nits mamdudah ( الف التأنيث الممدودة ) seperti : صَحْرَاءُ ، سَوْدَائُ ، حَمْرَاءُ

BAB III
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan 
Isim berdasarkan jenisnya terbagi dua, yaitu Muannats dan Mudzakar. Isim berdasarkan jumlah benda terbagi tiga, yaitu Isim Mufrod, Isim Mutsanna dan Isim Jamak. Isim berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) terbagi dua, yaitu Isim Nakiroh dan Isim Ma’rifat. Isim berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) terbagi empat, yaitu isim shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar