makalah bahasa arab
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah SWT yang telah menolong hambanya menyelesaikan makalah ini dengan penuh
kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin saya tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.
Makalah bahasa arab ini disusun
agar siswa dan siswi dapat mengetahui
tentang pengertian isim isyaroh dan isim maushul, dan pembagiannya serta
penggunaan yang dapat saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini memuat tentang “Isim dan
Macam-Macamnya serta penggunaannya dalam kalimat” dan sengaja dipilih karena
menarik perhatian untuk dicermati.
Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing yang telah banyak membantu serta
teman-teman yang telah memberikan dukungan agar dapat menyelesaikan
makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. saya mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Jepara, 28 agustus 2014
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
latar
belakang saya membuat makalah bahasa
arab ini adalah agar pembaca mengetahui isi dari isim isyaroh dan isim
maushul dan macamnya serta penggunaannya. karena mungkin jika dilihat dari isi
buku dari berbagai sumber mungkin kurang lengkap atau kurang dapat dipahami
oleh sebagian siswa siswi dan mungkin ketidak pemahaman siswa siswi saat di
terangkan oleh guru. maka saya membuat makalah ini dengan melihat dari berbagai
sumber yang akan saya terangkan secara mendetail agar siswa siswi dapat sedikit
terbantu dengan makalah yang saya buat ini.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah “Isim
isyaroh dan isim maushul dan
Macam-Macamnya serta penggunaannya dalam kalimat”.
Untuk
memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam
makalah ini masalahnya dibatasi pada :
- Apakah pengertian dari Isim isyaroh dan isim maushul ?
2 bagaimanakah
penggunannya dalam kalimat ?
1.3.
Tujuan Penulisan
Pada
dasarnya tujuan penulisan karya tulis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran Bahasa
Arab.
Adapun
Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :
- Mengetahui pengertian dari Isim isyaroh dan isim maushul
- Mengetahui penggunannya dari Isim isyaroh dan isim maushul
ii
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Isim Isyaroh
ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk)
Untuk lebih
memahami penggunaan Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna dan Jamak
dalam pengelompokan Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau Kata
Tunjuk dan Isim Maushul atau Kata Sambung.
Pertama, Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:
1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: هَذَا (=ini).
Contoh dalam kalimat: هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: ذَلِكَ (=itu).
Contoh dalam kalimat: ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Pertama, Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:
1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: هَذَا (=ini).
Contoh dalam kalimat: هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: ذَلِكَ (=itu).
Contoh dalam kalimat: ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Bila Isim
Isyarah itu menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1) هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini). Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini
sebuah majalah)
2) ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu
sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1) هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ كِتَابَانِ (= ini dua buah buku)
2) هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua buah majalah)
3) ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buah buku)
4) تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua buah majalah)
Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua):
Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1) هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ كِتَابَانِ (= ini dua buah buku)
2) هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua buah majalah)
3) ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buah buku)
4) تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua buah majalah)
Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua):
1) Bila Isim
yang ditunjuk itu adalah tidak berakal, maka baik Isim Mudzakkar maupun Isim
Muannats, menggunakan: هَذِهِ (=ini) untuk menunjuk yang dekat dan تِلْكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh dalam kalimat:
هَذِهِ كُتُبٌ(= ini buku-buku); هَذِهِ مَجَلاَّتٌ (= ini majalah-majalah)
تِلْكَ كُتُبٌ (= itu buku-buku); تِلْكَ مَجَلاَّتٌ (= itu majalah-majalah)
هَذِهِ كُتُبٌ(= ini buku-buku); هَذِهِ مَجَلاَّتٌ (= ini majalah-majalah)
تِلْكَ كُتُبٌ (= itu buku-buku); تِلْكَ مَجَلاَّتٌ (= itu majalah-majalah)
2) Bila Isim
yang ditunjuk itu adalah berakal, maka baik Isim Mudzakkar maupun Isim
Muannats, menggunakan: هَؤُلاَءِ (=ini) untuk menunjuk yang dekat danأُولَئِكَ (=itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh dalam kalimat:
هَؤُلاَءِ طُلاَّبٌ (= ini siswa-siswa); هَؤُلاَءِ طَالِبَاتٌ (= ini siswi-siswi)
أُولَئِكَ طُلاَّبٌ (= itu siswa-siswa); أُولَئِكَ طَالِبَاتٌ (= itu siswi-siswi)
هَؤُلاَءِ طُلاَّبٌ (= ini siswa-siswa); هَؤُلاَءِ طَالِبَاتٌ (= ini siswi-siswi)
أُولَئِكَ طُلاَّبٌ (= itu siswa-siswa); أُولَئِكَ طَالِبَاتٌ (= itu siswi-siswi)
2.2.
Penggunaan Isim Isyaroh dan Isim Mushul
Isim terbagi
oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan jenisnya, berdasarkan jumlah benda, berdasarkan
terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir
dan sakal (tanda) akhirnya.
- Berdasarkan Terdefinisi (Khusus) atau Tidak Terdefinisi (Umum)
Berdasarkan
umum dan khususnya isim dibagi menjadi dua, yaitu isim nakiroh (umum) dan isim
ma’rifat (khusus).
- Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ـًـ ، ــٍ ، ــٌ )
Contoh :
هُدٌى ، كِتَابٌ
- Isim ma’rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :
- Isim yang diawali dengan Al (لا)
Contoh :
الهُدَى ، الكِتَابُ
Untuk lebih
memahami penggunaan
Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna dan Jamak dalam pengelompokan
Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau Kata Tunjuk dan Isim
Maushul atau Kata Sambung.
Pertama, Isim Isyarah. Pada
dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:
1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat:
هَذَا (=ini).
Contoh dalam kalimat:
هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh:
ذَلِكَ (=itu).
Contoh dalam kalimat:
ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu
menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1)
هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini). Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)
2) ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk
itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1) هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ
كِتَابَانِ (= ini dua buah buku)
2) هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua buah majalah)
3) ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buah buku)
4) تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua buah majalah)
Sedangkan bila Isim yang
ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua), maka baik Mudzakkar maupun Muannats,
semuanya menggunakan:
1)
هَؤُلاَءِ (= ini)
untuk menunjuk yang dekat. Contoh:
Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna dan Jamak dalam pengelompokan
Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau Kata Tunjuk dan Isim
Maushul atau Kata Sambung.
Pertama, Isim Isyarah. Pada
dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk:
1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat:
هَذَا (=ini).
Contoh dalam kalimat:
هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku)
2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh:
ذَلِكَ (=itu).
Contoh dalam kalimat:
ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu
menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1)
هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini). Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)
2) ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)
Adapun bila Isim yang ditunjuk
itu adalah Mutsanna (Dual), maka:
1) هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ
كِتَابَانِ (= ini dua buah buku)
2) هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua buah majalah)
3) ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buah buku)
4) تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua buah majalah)
Sedangkan bila Isim yang
ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua), maka baik Mudzakkar maupun Muannats,
semuanya menggunakan:
1)
هَؤُلاَءِ (= ini)
untuk menunjuk yang dekat. Contoh:
هَؤُلاَءِ كُتُبٌ
|
هَؤُلاَءِ
مَجَلاَّتٌ |
(=
ini adalah
buku-buku) |
(ini adalah majalah-majalah) |
|
|
|
|
2)
أُلَئِكَ (= itu) untuk menunjuk yang jauh.
Contoh:
أُلَئِكَ (= itu) untuk menunjuk yang jauh.
Contoh:
أُلَئِكَ كُتُبٌ
|
أُلَئِكَ
مَجَلاَتٌ |
|||||||||||||||||||
(= itu adalah buku-buku)
Isim Maushul (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang". Bentuk asal/dasar dari Isim Maushul adalah: الَّذِيْ (=yang). Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushul dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat III
menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushul: الَّذِيْ Bila Isim Maushul itu dipakai untuk Muannats maka: الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ
Bila Isim Maushul itu
digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka: 1) الَّذِيْ menjadi: الَّذَانِ sedangkan الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ
Bila Isim Maushul itu dipakai
untuk Jamak maka: 1) الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ
|
(= itu adalah
majalah-majalah) |
- Isim isyaroh (kata tunjuk)
- Isim maushul (kata sambung)
- Isim munada
- Isim mudhofat (kata yang disandarkan)
Masing-masing
jenis isim tersebut, akan dibahas
berikut ini.
6
- b. Isim isyaroh ( اِسْمُ الاِشَارَةِ )
Kata tunjuk
digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk menunjuk isim-isim
tertentu.
Kata tunjuk
ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis dan jumlahnya.
Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan jauh (ba’id) yaitu
ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir mukhotob di akhir untuk
isim ba’id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ). Selain isim isyaroh ada yang dikaitkan
dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyaroh yang dikaitkan dengan
letaknya saja.
Seperti :
هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ
- c. Isim Maushul ( اِسْمُ الْمَوْصُوْلِ )
Isim maushul
ini digolongkan ke dalam isim ma’rifat karena fungsinya untuk mengkhususkan
suatu isim tertentu dengan kalimat yang ada sesudahnya.
Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan
isim berdasarkan jenis dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum
(tidak dilihat mudzakkar atau muannats-nya) yang digunakan untuk yang berakal
atau yang tidak. Yaitu مَا (apa-apa, apa saja) digunakan untuk isim yang tidak
berakal (اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِغَيْرِ اِلْعَاقِلِ ) dan مَنْ (siapa saja/barang
siapa) digunakan untuk isim yang berakal ( اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِِلْعَاقِلِ ).
ISIM MAUSHUL (Kata Sambung) الاسم الموصول
Isim Maushul
(Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat
atau pokok pikiran menjadi satu kalimat.
Dalam bahasa
Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang".
isim maushul
ini tidak dapat berdiri sendiri. Ada beberapa isim yang dapat menjadi isim
mausul, yaitu: من , ما , serta الذي
Bentuk
asal/dasar dari Isim Maushul adalah: الَّذِيْ (yang).
Perhatikan
contoh penggunaan Isim Maushul dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat
جَاءَ الطَّالِبُ : = datang mahasiswa itu
Kalimat II
الطَّالِبُ يَدرُسُ الشَّرِيعَة : = mahasiswa itu belajar Syari’ah
Kalimat III
يَدرُسُ الشَّرِيعَة جَاءَ الطَّالِبُ الَّذِي = datang
mahasiswa yang belajar Syari’ah
Kalimat III
menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushul: الَّذِيْ
Bila Isim
Maushul itu dipakai untuk Muannats maka:
*
الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ
جَاءَتِ
الطَّالِبَةُ الَّتِي تَدْرُسُ الشَّرِيعَة datang mahasiswi yang belajar
Syari’ah
Bila Isim
Maushul itu digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:
* الَّذِيْ
menjadi: الَّذَانِ sedangkan الَّتِيْ menjadi:
الَّتَانِ
جَاءَ
الطَّالِبَانِ الَّذانِ يَدْرُسَانِ الشَّرِيعَة = datang dua mahasiswa
yang belajar Syari’ah
جَاءَتِ
الطَّالِبَتَانِ الَّتَانِ تَدْرُسَانِ الشَّرِيعَة= datang dua mahasiswi yang
belajar Syari’ah
Bila Isim
Maushul itu dipakai untuk Jamak maka:
* الَّذِيْ
menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi:
اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ
= جَاءَ
الطُّلَّابُ الَّذِينَ يَدْرُسُونَ الشَّرِيعَةdatang mahasiswa-mahasiswa yang
belajar Syari’ah
جَاءَتِ
الطَّالِبَاتُ اللَّاتِي يَدْرُسْنَ الشَّرِيعَة= datang mahasiswi-mahasiswi yang
belajar Syari’ah.
- d. Isim Alam ( اِسْمُ الْعَلَمِ )
Isim alam
adalah isim yang digunakan untuk nama tertentu tanpa membutuhkan penjelasan.
Isim ini ma’rifat karena setiap nama menunjukkan isim tertentu. Pada bagian ini
akan dikhususkan pada kata yang digunakan untuk nama manusia. yang dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :
- Isim khos (nama asli)
Contoh :
عَائِشَةُ ، عُمَرُ
7
- Kunyah ( كُنْيَةٌ ) : julukan
Adalah nama
yang diawali dengan kata : اِبْنٌ ، اُمٌّ ، اَبٌdan بِنْتٌ
Contoh :
اُمُّ الْمؤمنين ، اِبْنُ الْخَطَّابِ ، اَبُوْ حَفْصٍ dan lain-lain.
- Laqob ( لَقَبٌ ) : gelar
Diberikan
khusus kepada orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam suatu perkara.
Contoh :
الصِّدِّيْقُ ، الرَّشِيْدُ ، الفَارُوْقُ dan lain-lain.
- e. Isim Munada ( اِسْمُ الْمُنَادَى )
Adalah isim
yang berada setelah huruf nida. Isim ini menjadi ma’rifat karena setiap objek
yang diseru. pasti telah tertentu dan diketahui oleh si penyeru. Huruf nida
terdiri dari huruf nida untuk dekat, untuk jauh dan untuk dekat dan jauh.
Isim munada
dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh maqsudah, mudhofan, sibhul mudhof,
nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul jalalah. Pada bagian ini hanya
dibahas tiga jenis isim munada yang banyak dijumpai dalam Al-Qur’an atau bacaan
sehari-hari, yaitu isim munada mufrod (satu kata), munada mudhofan dan isim
munada khusus lafdzul jalalah.
- Isim munada mufrod
Yaitu isim
munada yang terdiri dari satu kata bentuknya nakiroh, akan tetapi tidak boleh
pakai tanwin setelah diawali huruf nida. Tanda akhirnya tetap rofa (salah satu
tandanya dhommah).
Contoh : يَا
مُسْلِمُ
- Isim munada mudhofan
Isim munada
yang berbentuk idhofah (disandarkan). Tanda akhir untuk kata yang disandarkan
adalah nashob (salah satunya fathah).
Contoh : يَا
رَسُوْلَ اللهِ
Kadang-kadang
huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do’a
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
- Isim munada khusus lafdzul jalalah (اَللهُ)
Sebenarnya
termasuk isim munada mufrod, akan tetapi isim munada ini ada pengkhususan yaitu
: bentuknya ma’rifat يَا اَللهُ dan huruf nida bisa diganti dengan huruf mim
yang bertasydid ditarik di akhirnya yaitu : اَللّهُمَّ
Catatan :
Apabila isim
munada mufrod dalam bentuk ma’rifat baik dengan ” لا ” ataupun isim maushul,
maka setelah يا tidak dapat langsung tersambung dengan isim tersebut, tetapi
harus diselingi dengan lafadz اَيُّهَا (untuk isim mudzakkar) dan اَيَّتُهَا
(untuk isim muannats).
Contoh :
يَااَيَّتُهَا النَّفْسُ ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ
- f. Isim Idhofat (kata yang disandarkan) ( اِسْمُ اْلإِضَافَةِ )
Penyandaran
(idhofat) ini hanya terjadi antara dua isim (tidak fiil dan tidak juga huruf)
Isim yang pertama yang disandarkan disebut mudhof ( مُضَافٌ ) sedangkan isim
yang disandari disebut mudhof ilaihi (مُضَافٌ إِلَيْهِ ), yang merupakan isim
ma’rifat adalah isim yang menjadi mudhof, sedangkan yang menjadi mudhof ilaihi
dapat ma’rifat dapat pula nakiroh tergantung bentuknya. Yang perlu dipahami
bahwa mudhof ilaihi itu tidak boleh kata sifat, dan bentuknya tetap majrur
(salah satu tandanya kasroh).
Sedang ketentuan
untuk mudhof adalah :
- Tidak boleh ada ” لا “
- Tidak boleh tanwin
- Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun yang berada di akhirnya dibuang.
Contoh :
رَسُوْلُ اللهِ
= اللهُ + رَسُوْلٌ
وَالِدَيْهِ
= ـهِ + وَالِدَيْنِ
بَنِيْ
اِسْرَائِيْلَ = اِسْرَائِيْلَ +
بَنِيْنَ
- Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnya
Berdasarkan
huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu isim shohih akhir,
isim mu’tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.
- Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, terdiri dari isim mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar salim dan jamak muannats salim.
- Isim mu’tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat yaitu alif mati atau ya’ mati ( ىْ atau يْ ). Jika akhirnya alif mati disebut isim maqshur ( الاِسْمُ المَقْصُوْرُ ) seperti : مُوْسَى ، هُدَى , dan jika akhirnya ya’ mati disebut isim manqus ( الاِسْمُ المَنْقُوْصُ ) seperti : الهَادِيْ ، القَاضِيْ
- Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima buah, yaitu : اَبٌ ، اَخٌ ، حَمٌ ، فُ ، ذُ .
Kelimanya
memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu jika rofa’ seperti :
اَبُوْكَ ، اَخُوْكَ ، حَمُوْكَ ، فُوْكَ ، ذُوْ مَالٍ
Diakhiri
dengan alif jika nashob, seperti : اَبَاكَ ، اَخَاكَ ، حَمَاكَ ، فَاكَ ، ذَا
مَالٍ
Diakhiri
dengan ya’ jika majrur, seperti : اَبِيْكَ ، اَخِيْكَ ، حَمِيْكَ ، فِيْكَ ،
ذِيْمَالٍ
- Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).
Ada beberapa
isim yang tidak ber ” لا ” dan bukan sebagai mudhof, akan tetapi tidak dapat
menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru munshorif. Yang termasuk
isim ghoiru munshorif adalah :
- Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain, seperti : فَاطِمَةُ ، عُثْمَانُ ، عُمَرُ dll.
- Shighot muntahal jumuk ( صغة منتهى الجموع ), bentuk jamak yang sama dengan مَفَاعِلُ dan مَفَاعِيْلُ, seperti : مَسَاجِدُ
- Mengandung alif ta’nits mamdudah ( الف التأنيث الممدودة ) seperti : صَحْرَاءُ ، سَوْدَائُ ، حَمْرَاءُ
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Isim
berdasarkan jenisnya terbagi dua, yaitu Muannats dan Mudzakar. Isim berdasarkan
jumlah benda terbagi tiga, yaitu Isim Mufrod, Isim Mutsanna dan Isim Jamak. Isim
berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak terdefinisi (umum) terbagi dua,
yaitu Isim Nakiroh dan Isim Ma’rifat. Isim berdasarkan huruf akhir dan sakal
(tanda) terbagi empat, yaitu isim shohih akhir, isim mu’tal akhir, asmaul
khomsah dan isim ghoiru munshorif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar